Selamat Datang di webBlog Kelompok Studi Biodiversitas Universitas Sebelas Maret Surakarta :: " save our earth from the human destruction "

Rabu, 27 Februari 2008

Survey biodiversitas: apa yang harus dilaporkan?


Bosan dengan laporan yang begitu-begitu saja? Apa yang seharusnya dilaporkan setelah survey biodiversitas? Apa sih yang harus dianalisa?

Ini pertanyaan umum yang terjadi pasca survey biodiversitas. Apa ya yang harus dilaporkan? Banyak Survey biodiversitas biasanya menyangkut 2 pertanyaan saja, yaitu dimana dan ada berapa. Pertanyaan pertama menyangkut dimanakah species berada atau dalam kata lain distribusi/sebaran species, dan yang kedua menyangkut bagaimana kelimpahannya. Pertanyaan ini dapat diterapkan juga pada komunitas maupun species. Coba pejamkan mata dan bayangkan sedang berjalan di hutan. Bayangkan kita menjadi bagian dari hutan tersebut. Kita melihat ada pohon, sapling, seedling, canopy atau tajuk yang tertutup atau terbuka hingga sinar matahari dapat sampai ke kaki kita. Kita merasakan lembab, panas atau sejuknya berjalan di bawah rindangan pohon. Dan bayangkanlah hal-hal dapat mempengaruhi 2 pertanyaan tadi, dimana dan ada berapa. Hal-hal yang dapat menjadi parameter dari kedua pertanyaan tadi.

Balik lagi ke apa yang harus dilaporkan. Sebelum survey dimulai, lebih baik pastikan dulu tujuan surveynya. Tanyakan pada employer, jawaban apa yang dibutuhkan dan sampai berapa rinci. Baru tentukan metode dan desain samplingnya.

Beberapa langkah yang ditampilkan di hasil, di antaranya:

1. Mulailah dengan mendeskripsikan hasil umum. Ini selalu menyangkut jumlah species secara umum, jumlah species di tiap lokasi serta apapun yang menarik dari spesies tersebut. Apakah species yang kita amati ada yang endemic, terancam, khas di daerah tersebut, serta mempunyai perilaku yang menarik? Status keterancaman bisa dicek di IUCN Red List. Status endemik bisa dilihat dari buku2 panduan lapangan (informasi untuk burung biasanya cukup banyak).

2. Jika tujuan survey berkaitan dengan keragaman (diversity) dan kekayaan jenis (species richness), tampilkan nilai-nilai (indeks) keragamannya. Ada banyak cara menampilkannya. Selain melalui indeks keragaman, dapat juga digambarkan melalui kurva akumulasi jenis dan kurva rank species (kurva kelimpahan jenis atau species abundance model. Paling bagus jika survey dilakukan di beberapa lokasi dengan pengulangan beberapa kali. Ini untuk memastikan informasi yang diperoleh cukup mewakili daerah yang disurvey. Ada beberapa software untuk penghitungan diversity index seperti EstimateS atau menggunakan fasilitas Diversity Add-in pada Excel. Jangan lupa untuk menampilkan hasil dalam bentuk grafik dan tabel.

3. Jika survey sudah menggunakan desain sampling yang lebih intensif, bermainlah sedikit dengan uji statistic. Beberapa uji yang cukup sederhana dapat dicoba mulai dari Uji T, Anova (Analysis of Variance), korelasi, serta regresi. Uji mana yang harus dipakai tentu saja harus kembali ke pertanyaan yang harus dijawab. Kalau sudah menggunakan korelasi atau regresi, biasanya kita mencoba menghubungkan obyek yang kita ukur dengan parameter lain. Misalnya, apakah jumlah species berkorelasi dengan struktur vegetasi? Apakah kelimpahan species tertentu berhubungan dengan bukaan tajuk?


Read More......

Eksplorasi Biodiversitas Indonesia

Eksplorasi Biodiversitas Indonesia Masa Depan Harus Terpadu dan Sistematis

Kapanlagi.com - Tidak kurang dari 250 peneliti dan ilmuwan Indonesia dan mancanegara yang mengikuti Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XV tahun 2005 yang bertempat di Auditorium Rektorat Institut Pertanian Bogor (IPB) selama dua hari (13-14/09) akhirnya melahirkan "Deklarasi Bogor", yang menyuarakan mengenai pentingnya eksplorasi potensi biodiversitas Indonesia di masa depan.

"Untuk masa depan Kimia Bahan Alam Indonesia, eksplorasi potensi biodiversitas Indonesia perlu dilaksanakan secara terpadu dan sistematis dengan memprioritaskan pengembangan Research and Development Nasional yang berhubungan dengan Pelestarian, dan juga Research and Development dan Industri," kata Ketua Panitia Simposium Nasional itu, Dra Sri Mulijani, MSc di Bogor, Kamis malam.

Kegiatan simposium nasional itu sendiri terselenggara atas kerjasama antara Departemen Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor dan Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia (HKBAI),

Ia menjelaskan, peserta Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XV tahun 2005, yang dihadiri lebih dari 250 peserta dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ada di Indonesia, serta pembicara tamu dari Jepang, Korea, Malaysia, dan Indonesia, menyatakan bahwa proses evolusi yang terjadi menghasilkan biodiversity, diantaranya terdiri dari tumbuhan tingkat tinggi, serangga dan organisme lain di darat maupun di laut.

Disebutkan bahwa sampai saat ini terhitung lebih dari 350.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi, 30.000.000 serangga serta 1.500.000 jenis jamur dapat menghasilkan berbagai produk yang salah satunya adalah metabolit sekunder dengan jumlah lebih dari 1000.000 senyawa kimia, walaupun yang diketahui baru 100.000, dengan fungsi adaptif sebagai pertahanan diri, simbiosis, polinasi dan lain-lain.

Salah satu contoh manfaat tumbuhan tingkat tinggi yaitu penghasil senyawa bioaktif salisil alkohol yang masih populer sejak ditemukannya 100 tahun yang lalu.

Deklarasi juga menyatakan bahwa pada saat ini terdapat sekitar 30.000 jenis penyakit, tetapi hanya beberapa diantaranya yang bisa disembuhkan dengan obat yang ada. Dengan demikian pemanfaatan metabolit sekunder dengan keanekaragaman struktur yang tinggi masih memberikan peluang untuk penemuan obat-obat baru.

Dinyatakan pula bahwa Indonesia yang mempunyai daratan hanya 1,3% dari permukaan bumi akan tetapi merupakan negara ke-2 terkaya dalam keanekaragaman hayati di dunia baik yang terdapat di darat maupun di laut, antara lain meliputi 10% tumbuhan tingkat tinggi, 40% serangga, dan 12% mamalia.

"Potensi biodiversitas ini harus menjadi unggulan pembangunan ekonomi nasional dengan mengembangkan kegiatan penelitian yang berkenaan dengan keanekaragaman hayati Indonesia tersebut," katanya.

Karena itulah, untuk pengembangan Research dan Development yang berhubungan dengan keanekaragaman hayati perlu diwujudkan sistem kerjasama networking antara berbagai institusi penelitian baik di tingkat Nasional, regional maupun internasional.

Untuk mendukung pembentukan networking tersebut, diimbau agar lembaga-lembaga pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian dan industri memfasilitasi terwujudnya Sistem Sentralisasi Instrumentasi dan prasarana lain untuk Research dan Development yang bersangkutan selaras dengan sistem networking tersebut.

Diantara para deklarator yang dibacakan Prof Wahyudi itu, diantaranya Dr Euis Holisotan Hakim (HKBAI), Prof Tun Tedja Irawadi (Departemen Kimia IPB) dan Dra Sri Mulijani, MSc. (*/lpk)


Read More......

Multivariate…multipusing tapi multiguna


Kebiasaan yang sering terjadi kalau lagi survey adalah terlalu rajin mengukur berbagai parameter atau terlalu malas dan cuma mengukur satu parameter aja.

Hayo…ngaku aja :P Apa urusannya sih mengukur satu atau banyak parameter? Well, “nature is complicated”, begitu kata McGarigal et al. (2000) di bukunya tentang multivariate. Kebayang kan, ada banyak hal di alam ini yang mungkin saling berhubungan satu sama lain, atau mungkin juga tidak. Bayangin nih… kita mau tahu apakah kupu-kupu yang kita survey dipengaruhi oleh tingkat gangguan pada habitat. Sementara parameter gangguan yang diukur hanya banyaknya jumlah pohon yang ditebang. Begitu diuji dan tidak ada hubungannya, bagaimana kita mau bikin argumen sedangkan kita tidak menguji hal-hal lain yang mungkin lebih besar pengaruhnya daripada pohon tadi?

Nah, di situ pentingnya mengukur banyak parameter alias variable. Dan di situlah statistika multivariate bermain… Iya, judulnya aja udah pake multi. Artinya statistika yang melibatkan lebih dari satu variable. Tujuannya adalah melihat pola hubungan antara variable tersebut.

Statistika multivariate ini di bidang wildlife ecology awalnya digunakan pada data-data vegetasi. Dari mulai menghitung jumlah pohon, jumlah sapling, ukur diameter pohon, ngeliatin seberapa besar bukaan tajuk. Banyak kan? Beberapa uji dalam multivariate ini dapat sangat membantu menggambarkan pola vegetasi yang terjadi di suatu daerah dengan misalnya mengelompokkan variable-variable yang mirip. Jika survey kita ternyata juga mengukur keberadaan satwa di daerah yang kita datangi, maka kita juga dapat menggunakan uji multivariate ini misalnya untuk tahu apakah kelimpahan burung dipengaruhi oleh struktur vegetasi. Dan kalau memang dipengaruhi, variable vegetasi mana yang paling berperan?

Apaan aja sih uji multivariate ini? Banyaklah… Beberapa uji yang sangat berkaitan dengan wildlife ecology, misalnya:

1. Regression. Biasanya melibatkan satu variable bergantung (dependent variable) dan beberapa variable bebas (independent variable). Tujuannya bisa diartikan seperti ini, bagaimana perubahan pada independent variable tadi mempengaruhi berubahnya dependent variable. Regresi juga ada macam2. Salah satunya adalah multiple regression (regresi berganda) dan binary logistic regression. Kalau binary logistic regression biasanya dipakai jika dependent variablenya bersifat kategori dan sifatnya biner (hanya ada 2 nilai, ya atau tidak, hidup atau mati, presence atau absence). Sementara independent variablenya dapat berupa kategori atau nilai yang continuous.

2. Ordination. Berguna kalau kita ingin melihat bagaimana variable-variable dikelompokkan. Contohnya yang tadi itu, penggambaran pola vegetasi misalnya. Ordinasi juga bisa dilakukan dengan berbagai teknik seperti principal component analysis (PCA) atau factor analysis, multidimensional scaling (MDS) dan hasilnya digambarkan dalam bentuk scatter plot. Ada juga ordinasi tingkat lanjut yang melibatkan 2 set variables yang berbeda, misalnya 1 set variable vegetasi yang banyak tadi dan 1 set variable lain seperti kelimpahan jenis burung. Tekniknya bisa pakai canonical correlation (CCA) atau detrended canonical correlation (DCA).

3. Classification. Uji yang ini berurusan klasifikasi atau membagi suatu data menjadi beberapa subset yang mempunyai karakter yang sama. Tekniknya dengan cluster analysis dan discriminant function analysis (DFA). DFA ini biasanya dipakai kalau kita ingin melihat bagaimana pengelompokan dataset kita dan seberapa besar kebenaran klasifikasi kita. Contohnya nih, kalau kita misalnya mengklasifikasi habitat di suatu daerah menjadi beberapa tipe habitat, sementara ada banyak factor yang mungkin mempengaruhi seperti spesies-spesies satwa yang ada. Lalu, seberapa besar kehadiran satwa tersebut dapat memberikan karakter pada habitatnya?


Masih pusing? Bikin pusing? Ya pasti…. Tapi coba diendapkan dulu di hati. Kalau perlu pejamkan mata, menenangkan diri, dan bertanya lagi pada diri sendiri, apa objectives yang harus dijawab (iya, tujuannya itu) dan variable apa yang dimiliki. Banyak-banyak browsing di internet. Salah satunya adalah bukunya Stockburger (1996). Jangan bertanya pada rumput yang bergoyang…….. Gak bakal dijawab soalnya :P

Read More......

Aksi nyata antisipasi Global Warming

APA yang dikhawatirkan dunia ketika bencana pemanasan global (global warming) sudah di ambang pintu. Tak lama lagi, diperkirakan 30 tahun mendatang, air laut bakal naik 10 meter dan menenggelamkan sebagian besar wilayah kita seperti Sanur, Kuta, Nusa Dua, dan sekitarnya. Apa yang sudah kita siapkan dan aksi nyata apa untuk mengantisipasi datangnya bencana tersebut?

Read More......

Nama yang susah untuk tubuh yang mungil


Euchrysops cnejus on Euphorbia milii. Duh! Susah amat sih namanya…

Si kecil mungil Euccne (disingkat aja ya biar gampang) ini adalah kupu-kupu Lycaenidae yang ternyata gak keberatan berkunjung ke tanaman eksotis Euphorbia (yang asalnya dari Madagascar) yang ada di rumah. Agen pollinator? Mungkin. Yang baru ketahuan selama ini baru lebah. Si mungil yang besarnya gak lebih besar dari bunga yang dikunjungi, tapi menyandang nama yang susah diingat manusia… :P Si Euccne ini, bentuk ulatnya bersimbiosis dengan semut. Selain dapat perlindungan dari semut, konon kabarnya malah tinggal di sarang semut ikut menikmati apapun yang dibawa oleh semut. Tapi gak tau ya semutnya dapat apa… Anyway, saya cuma mau mengucapkan selamat datang buat Euccne (udah disingkat tetap aja gak ada artinya apa2). Hayo…tanam…tanam…. Biar yang berkunjung banyak :)


Read More......
Powered By Blogger
eXTReMe Tracker